(BAB II) Implementasi Pembelajaran Akhlak Terhadap Tata Tertib Siswa Kelas XI

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pembelajaran Akhlak
1. Pengertian Pembelajaran Akhlak
Menurut  James O. Wittaker  pembelajaran adalah : proses di mana tingkah laku ditimbulkan atau diubah melalui latihan atau pengalaman.[1] Akhlak adalah seluruh tingkah laku atau perbuatan manusia baik secara lahir maupun bathin mengenai hubungan dengan Allah dan hubungan dengan sesama manusia sendiri maupun alam sekitar.

Akhlak timbul sebagai media yang memungkinkan adanya hubungan baik antara kholik dengan makhluk dan antara makhluk dengan makhluk”. Lebih lanjut beliau mengartikan bahwa “Akhlak” berasal dari bahasa Arab jama’ dari “Khulukun” yang merupakan lughot yang diartikan : budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabiat”.

Berdasarkan pendapat diatas dapat penulis simpulkan bahwa akhlak adalah sebuah perangai yang berhubungan dengan baik-buruk. Akhlak juga dapat diartikan etika dalam bahasa yunani yaitu dari kata “Ethos” yang berarti adapt kebiasaan, memang ada kesamaan di dalamnya yaitu sama-sama membahas masalah baik da buruknya tingkah laku manusia. Sebagaimana yang dikemukakan oleh Dr. h. Hamzah Ya’qub bahwa :
"Etika ialah ilmu yang menyelidiki mana yang baik dan mana yang buruk dengan memperhatikan amal perbuatan manusia sejauh yang dapat diketahui oleh akal pikiran. Akhlak adalah ilmu yang menentukan batas antara baik dan buruk, antara yang terpuji dan tercela, tentang perkataan atau perbuatan manusia lahir dan bathin"

Berdasarkan uraian diatas dapat disimpulkan bahwa akhlak adalah segala tingkah laku manusia baik dalam hubunganya dengan Allah maupun dengan manusia itu sendiri ataupun juga dengan alam sekitarnya yang secara baik yang biasa disebut dengan etika atau moral, selain itu juga Akhlak biasa disebut dengan kata-kata susila, kesosialan, tata susila, budi pekerti, kesopanan, sopan santun, adap, perangai, tingkah laku, perilaku dan juga kelakuan.

Akhlak mempunyai pengertian yang sama dengan tingkah laku yang dalam bahasa Arab berarti budi pekerti, sedangkan menurut Abu Bakar Jabir Al-Jaziri“akhlak ialah ungkapan tentang sikap jiwa yang menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah dan tidak memerlukan pertimbangan atau pikiran (lebih dulu)”.[2]

Berkaitan dengan pendapat tersebut dapat dijelaskan bahwasanya akhlak ialah suatu daya yang telah bersemi dalam jiwa seseorang hingga dapat menimbulkan perbuatan-perbuatan dengan mudah tanpa dipikir dan direnungkan lagi, yang menjadi dasar akhlak dalam agama Islam adalah Al-Qur’an dan Al-Hadis, sebagaimana yang telah dijelaskan dalam Al-Qur’an bahwasanya Nabi Muhammad SAW adalah Rosul Allah yang patut dijadikan suri tauladan bagi sekalian umat manusia, karena dalam dirinya terdapat akhlak yang mulia. Dalam Al-Qur’an surat Al-Ahzab ayat 21 yang artinya :
"Sesungguhnya Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah".[3] (Q.S. Al-Ahzab : 21)

Berdasarkan ayat tersebut dapat dijelaskan bahwasanya Nabi Muhammad SAW, sebagai Nabi dan Rasul Alah SWT, yang patut di jadikan suritauladan bagi kita semua. Terlebih-lebih bagi generasi penerus yakni para remaja karena Nabi Muhammad SAW memiliki akhlak yang mulia, kemudian akhlak beliau telah dijelaskan dalam Al-Qur’an agar di pahami dan dijadikan sumber keteladanan bagi umatnya.

Adapun nilai-nilai luhur akhlak Nabi Muhammad SAW dapat diidentifikasikan sebagai berikut :
  • Sesungguhnya Nabi Muhammad SAW adalah teladan yang baik bagi kaum muslimin, baik perkataan-perkataan beliau, perbuatan-perbuatannya, peri hidup bahkan juga dalam ibadanya.
  • Nabi Muhammad SAW selalu berkata jujur. Nabi SAW. Tidak pernah berdusta, baik dalam keadaan sungguh-sungguh maupun pada waktu bersenda gurau.
  • Menepati janji juga menjadi akhlak Rasulullah SAW.
  • Dan termasuk diantara akhlak Nabi SAW. Yang lainnya ialah sifat sabar, tenggang rasa dan pemaaf.[4]

Nabi Muhammad SAW sebagai Nabi dan Rasul Allah SWT. Telah dibekali 4 sifat utama yang menjadikan mulia yaitu :
  • Siddiq (jujur dan benat)
  • Amanah (terpercaya)
  • Tabliq (berani menyampaikan atau membela kebenaran)
  • Fatonah (cerdas dan cakap)

Dengan demikian dapat disimpulkan bahwasanya sebagai muslim yang baik, tentunya kita harus membiasakan diri meneladani akhlak mulia Rasulullah SAW yaitu dengan cara :
  • Meyakini dengan sepenuh hati bahwa segala sikap dan prilaku, ucapan, tindakan Rasulullah SAW adalah petunjuk dan bimbingan dari Allah SWT.
  • Meyakini dengan sepenuh hati bahwa perintah Rasulullah adalah perintah Allah dan begitu pula larangannya.
  • Melaksanakan semua perintah dan meninggalkan semua yang dilarang Rasulullah SAW dengan ikhlas
  • Mematuhi hukum dan peraturan yang telah du buat dan di tetapkan oleh Rasulullah dalam sunnahnya.

Berbeda dengan negara-negara maju atau negara-negara modern yang memang sudah lama mengalami pertumbuhan dan perkembangan sehingga menjadi negara yang makmur sejahtera serta kuat, baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya dan sebagainya; maka negara-negara yang sedang berkembang, sesuai dengan julukannya, memang baru memulai untuk bangkit mengadakan pembangunan berbagai aspek kehidupannya, baik secara ekonomi, sosial, budaya. Politik, ilmu pengetahuan dan teknologi, dan sebagainya.

Beberapa ciri khas dari negara-negara yang sedang berkembang adalah:
  • Secara politis, pada umumnya baru mengalami kemerdekaan atau lepas dari penjajahan barat.
  • Secara ekonomis, pada umumnya miskin dan masih sangat bergantung pada alamnya.
  • Secara demografis, pada umumnya padat penduduk, dengan tingkat pertambahan penduduk karena kelahiran yang tinggi.
  • Secara budaya, kokoh berpegang pada warisan budaya tradisional secara turun-temurun. Ciri-ciri tersebut, tentunya banyak mempengaruhi, kalau tidak boleh dikatakan menentukan bentuk dan sistem pendidikan yang dikembangkannya. Dalam rangka pembangunan nasional, bangsa-bangsa yang sedang berkembang tersebut pada umumnya memang memusatkan perhatian perhatian pada pengembangan sistem pendidikan nasionalnya, dalam pengertian bahwa ciri-ciri yang ada pada bangsa yang bersangkutan,   menjadi dasar bagi kebijaksanaan-kebijaksanaan pendidikannya.

2. Ruang Lingkup Akhlak
Syariat atau hukum Islam mencakup segala aktifitas, maka ruang lingkup akhlak pun dalam Islam meliputi semua aktifitas manusia dalam segala bidang hidup dan kehidupan. Dalam garis besarnya, akhlak dibagi atas akhlak terhadap Allah atau Khalik (pencipta), dan akhlak terhadap makhluk. Akhlak terhadap Allah dijelaskan dan dikembangkan oleh Ilmu Tasawuf dan tarikat-tarikat, sedangkan akhlak terhadap makhluk dijelaskan oleh ilmu akhlak.

Akhlak yang mulia demikian ditekankan karena disamping akan membawa kebahagiaan bagi individu, juga sekaligus membawa kebahagiaan bagi masyarakat pada umumnya. Dengan kata lain bahwa akhlak utama yang ditampilkan seseorang, manfaatnya adalah untuk orang yang bersangkutan.
Al-Aqur’an banyak sekali memberi informasi tentang manfaat akhlak yang mulia itu. Allah berfirman :
Artinya : Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik, dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.[5] (Q.S. An-Nahl, 16 : 277).

Ayat tersebut di atas dengan jelas menggambarkan keuntungan atau manfaat dari akhlak mulia, yang dalam hal ini beriman dan beramal shaleh. Mereka itu akan memperoleh kehidupan yang baik, mendapat rezeki yang berlimpah ruah, mendapatkan pahala yang berlipat ganda akhirat dengan masuknya ke dalam surga. Hal ini menggambarkan bahwa manfaat dari akhlak mulia adalah keberuntungan hidup di dunia dan di akhirat.

3. Sumber Ajaran Akhlak
Segala sesuatu perbuatan manusia yang mengarah kepada kebaikan sudahlah tentu mempunyai dasar yang menjadi pegangan sebagai sumber dasar yang dilakukan, sebagai umat islam sesuai dengan tuntunan  Rasullullah SAW, tentu saja kita harus memakai Al- Qur’an dan Al-Hadist yang menjadi warisan Nabi Muhammad SAW.

Pendidikan Islam bertugas mempertahankan, menanamkan, dan mengembangkan kelangsungan berfungsinya nilai-nilai Islami yang bersumber dari kitab suci Al-Qur’an dan Al-Hadits.[6] Begitu pula akhlak yang merupakan bagian pembahasan dari pendidikan Islam juga bersumber dari Al-Qur’an dan Al-Hadits.

Jadi jelaslah bahwa dasar yang harus dikerjakan manusia dalam bertingkah laku adalah Al-Qur’an dan Al-Sunnah serta pemikiran para ahli yang didasari Taqwa Kepada Allah SWT. Disamping sumber atau dasar akhlak sebagaimana yang dijelaskan diatas juga ada tujuan yang hendak dicapai oleh Akhlak yaitu tercapainya kebaikan dan keutamaan.

Adapun kebaikan manusia itu menurut Al-Ghazali bersumber pada empat hal:
  • Kebaikan jiwa (al-nafs). Ini berasal dari ilmu, kebijaksanaan, kesucian diri, dan keadilan.
  • Kebaikan dan keutamaan badan (jasmaniah). Bisa diperoleh melalui sehat, kuat, tampan, dan panjang usia.
  • Kebaikan yang datang dari luar (exsternal/al-kharijiah). Berasal dari harta, keluarga, pangkat, nama baik/kehormatan.
  • Kebaikan bimbingan (taufiq-hidayah). Ini diperoleh dengan; petunjuk, bimbingan, pelurusan, penguatan dari Allah.[7]

Selain dari itu ada tujuan yang utama sebagaimana yang dikemukakan Omar Muhammad yang diterjemahkan Oleh Hasan Langgulung yaitu : “Tujuan tertinggi agama dan akhlak ialah menciptakan akebahagiaan dua kampung (Dunia dan akhirat), kesempurnaan jiwa bagi individu dan menciptakan kebahagiaan, kemajuan, kekuatan dan keteguhan bagi Masyarakat”.

Berdasarkan kutipan diatas maka tujuan Akhlak adalah Untuk membentuk anak agar menjadi orang yang berilmu sempurna, beramal sholeh, berakhlak baik dan berjiwa Besar.

4. Cara-cara Pembinaan Akhlak Pada Siswa
Adapun cara yang dipakai oleh orang islam untuk pendidikan budi pekerti terbatas pada hal-hal yang berikut ini : Pertama, memberi petunjuk dan pendekatan, dengan cara menerangkan mana yang baik dan mana yang buruk, cerita-cerita, dan nasehat-nasehat yang baik, yang menganjurkan untuk melakukan budi pekerti yang baik dan akhlak yang mulia. Kedua, Mempergunakaan instinct untuk mendidik anak-anak , dengan cara:
  • Anak-anak suka di puji dan disanjung untuk memenuhi keinginan “Instinct berkuasa”, dan ia takut celaan dan cercaan. Maka oleh karena itu kalau anak-anak mengerjakan sesuatu yang baik hendaklah ia di puji.
  • Mempergunakan instinct meniru. Sesuai dengan ini para pendidik Islam mensyaratkan supaya Guru anak-anak itu haruslah orang-orang yang memiliki sifat-sifat yang utama dan berakhlak, karena anak-anak yang menuruti jejak gurunya, apa yang dianggap jelek oleh guru, maka jeleklah dalam pandangan anak-anak, sebaliknya apa yang dianggap baik oleh guru, maka baiklah dalam pandangan anak-anak.
  • Memperhatikan instinct bermasyarakat. Anak-anak disuruh belajar di tempat yang sudah ada anak-anak yang lain sesuai dengan instsinct untuk bermasyarakat yang terdapat pada dirinya. Apabila instinct bermasyarakat ini telah di penuhi, akan memberi efek dalam segi-segi yang lain dalam kehidupanya dan akan membangkitkan semangat apabila ia melihat kemajuan yang telah dicapai oleh kawan-kawannya. Hal ini merupakan factor yang penting untuk mendidik akhlak. Berdasar kutipan tersebut maka cara-cara pembinaan akhlak pada siswa yaitu memberi petunjuk melalui pendidikan agama Islam tentang aqidah, syari’ah, dan akhlak.

5. Faktor –faktor yang mempengaruhi Akhlak anak
Kita telah ketahui bersama bahwa segala sesuatu itu mempunyai pengaruh dan mempengaruhi antara satu dengan yang lainya, oleh karena itu dimana-mana terdapat saling pengaruh mempengaruhi antara satu dengan yang lainya, begitu pula akhlak siswa juga ada sesuatu hal yang mempengaruhinya.

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi akhlak siswa adalah sebagaimana yang dikemukakan oleh Kasmuri Selamat yaitu “(1) adat kebiasaan (2) insting atau naluri (3) pendidikan (4) lingkungan (5) media informasi.[8]

Sedangkan ahli psikologi berpendapat sebagaimana yang dikemukakan Oleh Enung Fatimah yaitu “perkembangan pribadi seseorang dipengaruhi oleh dua faktor, yaitu factor keturunan (pembawaan) dan faktor lingkungan (pengalaman)”.[9]

Adapun kedua factor tersebut sama-sama memiliki pengaruh yang kuat dan dominan terhadap pembentukan dan perkembangan kepribadian seseorang. Aliran yang menyatakan bahwa kedua faktor itu (pembawaan dan pengalaman) secara terpadu memberikan pengaruh terhadap kehidupan seseorang adalah aliran konvergensi. Menurut aliran ini, pengaruh pembawaan dan lingkungan sama-sama dominan dalam pembentukan kepribadian individu.

Itulah faktor-faktor yang dapat mempengaruhi akhlak pada siswa. Jadi keberadaan Kepala sekolah dan Guru akan menjadi faktor yang berasal dari luar dari akhlak siswa. Kepala sekolah dan guru yang secara bersama-sama mampu memberikan teladan dan pola pembinaan secara rutin, terprogram dan baik, maka akan berimplikasi baik pula terhadap kualitas akhlak siswa.


B. Tata Tertib Siswa
1. Pengertian Tata Tertib Siswa
Tata tertib adalah “ketentuan-ketentuan yang mengatur kehidupan sekolah sehari-hari dan mengandung sangsi terhadap pelanggarnya.[10] Tata tertib adalah kumpulan aturan-aturan yang dibuat secara tertulis dan mengikat anggota masyarakat. Tata tertib sekolah merupakan aturan yang harus dipatuhi setiap warga sekolah tempat berlangsungnya proses belajar mengajar. Pelaksanaan tata tertib sekolah akan dapat berjalan dengan baik jika guru, aparat sekolah, dan siswa saling mendukung tata tertib sekolah, kurangnya dukungan dari siswa akan mengakibatkan kurang berartinya tata tertib sekolah yang diterapkan di sekolah. Tata tertib sekolah merupakan satu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan antara yang satu dengan yang lain sebagai aturan yang berlaku di sekolah agar proses pendidikan dapat berlangsung secara efektif dan efisien.

Menurut Suryosubroto, kewajiban menaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab merupakan bagian dari sistem persekolahan dan bukan sekadar sebagai kelengkapan sekolah.[11] Peraturan menunjuk pada patokan atau standard yang sifatnya umum yang harus dipatuhi oleh siswa. Misalnya, peraturan tentang kondisi yang harus dipenuhi oleh siswa di dalam kelas pada waktu pelajaran sedang berlangsung.

Tata tertib menunjuk pada patokan atau standard untuk aktifitas khusus. Misalnya, tentang penggunaan seragam, penggunaan laboratorium, mengikuti upacara bendera, mengerjakan tugas rumah, pembayaran SPP, dan lain sebagainya.

Di sekolah, gurulah yang diberi tanggung jawab untuk menyampaikan dan mengontrol berlakunya tata tertib sekolah. Pada dasarnya tata tertib untuk murid adalah sebagai berikut :[12]
  • Tugas dan kewajiban dalam kegiatan intra sekolah
  • Larangan-larangan yang harus diperhatikan
  • Sangsi bagi siswa-siswi

Dari pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa tata tertib adalah kepatuhan atau kedisiplinan individu terhadap peraturan yang harus ditaati pada sebuah lembaga pendidikan yang dibebani tanggung jawab yang diharapkan siswa dapat berkembang sesuai dengan kemampuannya secara maksimal yang pada akhirnya dapat disumbangkan terhadap perkembangan masyarakat yang adil dan makmur.

2. Tujuan Penggunaan Tata Tertib Siswa
Tujuan adalah target yang terikat waktu, keinginan mencapai hasil pada waktu tertentu atau sesuatu yang hendak kita kerjakan menurut perencanaan waktu kita untuk mencapai sasaran. Dalam kaitan dengan tujuan diadakannya tata tertib di sekolah adalah siswa diharap dapat menyelesaikan belajarnya sesuai dengan waktu yang ditentukan atau lebih cepat dan memepunyai prestasi yang tinggi.

Sedangkan belajar merupakan suatu proses terarah kepada pencapaian tujuan tertentu. Dalam hal ini dapat dinyatakan bahwa tujuan mengandung dua arti yakni arah dan titik akhir. Seorang siswa harus mempunyai titik tolak, arah bergerak dan tempat berhenti sesuai dengan norma yang diyakini kebenarannya.

Hal tersebut di atas mengandung makna, bahwa tujuan memegang peranan yang sangat penting karena akan memberikan arah pada proses pendidikan, sehingga tujuan dalam belajar harus dimiliki siswa. Mengenai hal ini, Tabrani Rusyan dkk. (1994:84) bahwa tujuan belajar merupakan rumusan tentang perubahan tingkah laku apa yang diperoleh setelah proses belajar mengajar berlangsung. Bila tujuan diketahui, maka siswa memiliki motivasi untuk mentaati dan melaksanakan agar tujuan diadakannya suatu kegiatan dapat diketahui. Oleh karena itu dalam merumuskan sebuah tata tertib sesuai dengan keadaan siswa sering dilibatkan, sebab bagaimanapun siswalah yang akan melaksanakannya. Tata tertib yang tidak jelas tujuannya, sering sekali siswa cenderung untuk melanggarnya.

Kewajiban mentaati tata tertib sekolah adalah hal yang penting sebab bagian dari sistem persekolahan dan bukan bagian sistem kelengkapan sekolah. Konsekwensi diadakannya sebuah peraturan harus dilaksanakan bukan dijadikan pajangan saja. Betapapun bagusnya sebuah aturan tanpa didukung dengan adanya hukuman atau sangsi bagi orang yang melanggar dan penghargaan bagi orang yang melaksanakannnya, siswa tidak termotivasi untuk melaksanakan sebuah aturan yang dibuat.


C. Implementasi Pembelajaran Akhlak Terhadap Tata Tertib Siswa
Para  siswa  merupakan  generasi  muda  yang  merupakan        sumber insani bagi pembangunan nasional, untuk  itu pula pembinaan bagi mereka dengan  mengadakan  upaya-upaya  pencegahan  pelanggaran  norma-norma agama  dan  masyarakat.  Dalam  pembinaan  akhlak  siswa  dipengaruhi  oleh beberapa factor diantaranya.

1. Lingkungan keluarga
Pada  dasarnya, masjid  itu menerima  anak-anak  setelah mereka dibesarkan  dalam  lingkungan  keluarga,  dalam  asuhan  orang  tuanya. Dengan  demikian,  rumah  keluarga  muslim  adalah  benteng  utama tempat  anak-anak  dibesarkan  melalui  pendidikan  Islam.  Yang dimaksud dengan keluarga muslim  adalah keluarga  yang mendasarkan aktivitasnya  pada  pembentukan  keluarga  yang  sesuai  dengan  syariat Islam. Berdasarkan al-quran dan sunnah, kita dapat mengatakan bahwa tujuan terpenting dari pembentukan keluarga adalah hal-hal berikut:

Pertama. Mendirikan  syariat  Allah  dalam  segala  permasalahan rumah  tangga.  Kedua,  mewujudkan  ketentraman  dan  ketenangan psikologis.  Ketiga,  mewujudkan  sunnah  Rasulallah  saw.  Keempat, memenuhi  kebutuhan  cinta-kasih  anak-anak.  Naluri  menyayangi  anak merupakan  potensi  yang  diciptakan  bersamaan  dengan  penciptaaan manusia  dan  binatang.  Allah  menjadikan  naluri  itu  sebagai  salah  satu landasan  kehidupan  alamiah,  psikologis,  dan  sosial  mayoritas  makhluk  hidup.  Keluarga,  terutama  orang  tua,  bertanggung  jawab untuk  memberikan  kasih  sayang  kepada  anak-anaknya.  Kelima, menjaga  fitrah  anak  agar  anak  tidak  melakukan  penyimpanganpenyimpangan.

2. Lingkungan Sekolah
Perkembangan  akhlak  anak  yang  dipengaruhi  oleh  lingkungan sekolah.  Disekolah  ia  berhadapan  dengan  guru-guru  yang  bergantiganti.  Kasih  guru  kepada  murid  tidak  mendalam  seperti  kasih  orang tua  kepada  anaknya,  sebab  guru  dan  murid  tidak  terkait  oleh  tali kekeluargaan.  Guru  bertanggung  jawab  terhadap  pendidikan  muridmuridnya,  ia  harus  memberi  contoh  dan  teladan  bagi  bagi mereka, dalam  segala  mata  pelajaran  ia  berupaya  menanamkan  akhlak  sesuai dengan  ajaran  Islam.  Bahkan  diluar  sekolah  pun  ia  harus  bertindak sebagai seorang pendidik.

Kalau  di  rumah  anak  bebas  dalam  gerak-geriknya,  ia  boleh makan  apabila  lapar,  tidur  apabila  mengantuk  dan  boleh  bermain, sebaliknya  di  sekolah  suasana  bebas  seperti  itu  tidak  terdapat.  Disana ada  aturan-aturan  tertentu.  Sekolah  dimulai  pada  waktu  yang ditentukan,  dan  ia  harus  duduk  selama  waktu  itu  pada  waktu  yang ditentukan  pula.  Ia  tidak  boleh  meninggalkan  atau  menukar  tempat, kecuali  seizin  gurunya.  Pendeknya  ia  harus menyesuaikan  diri  dengan peraturan-peraturan  yang  ada  ditetapkan.  Berganti-gantinya  guru dengan  kasih  sayang  yang  kurang  mendalam,  contoh  dari  suri tauladannya,  suasana  yang  tidak  sebebas  dirumah  anak-anak, memberikan pengaruh terhadap perkembangan akhlak mereka.

3. Lingkungan Masyarakat
Masyarakat  turut  serta  memikul  tanggung  jawab  pendidikan dan  masyarakat  juga  mempengaruhi  akhlak  siswa  atau  anak. Masyarat yang  berbudaya,  memelihara  dan  menjaga  norma-norma  dalam kehidupan  dan  menjalankan  agama  secara  baik  akan  membantu perkembangan  akhlak  siswa  kepada  arah  yang  baik,  sebaliknya masyarakat  yang  melanggar  norma-norma  yang  berlaku  dalam kehidupan dan  tidak  tidak menjalankan ajaran  agama secara baik,  juga akan memberikan  pengaruh  kepada  perkembangan  akhlak  siswa,  yang membawa mereka kepada akhlak yang baik.

Dengan demikian, di pundak masyarakat terpikul  keikutsertaan dalam  membimbing  dan  perkembangan  akhak  siswa.  Tinggi  dan rendahnya  kualitas  moral  dan  keagamaan  dalam  hubungan  social dengan  siswa  amatlah  mendukung  kepada  perkembangan  sikap  dan perilaku mereka.

Di dalam penerapannya, yang dilakukan adalah meningkatkan keimanan siswa yang diwujudkan dalam akhlaqnya yang terpuji, melalui pemberian dan pemupukkan pengetahuan, penghayatan, pengamalan serta pengalaman siswa tentang Aqidah dan Akhlaq Islam, sehingga menjadi manusia Muslim yang terus berkembang dan meningkat kualitas keimanan dan ketaqwaan kepada Allah SWT serta berakhlak mulia dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat, berbangasa dan bernegara, yang nantinya diharapkan, siswa dapat menaati tata tertib dan ketentuan-ketentuan yang ada di lingkungan sekolah, lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat.



[1] Wasty Soemanto, Psikologi Pendidikan, Rineka Cipta, Jakarta, 2012 hal. 104
[2] MahjuddinAkhlak Tasawuf I, Kalam Mulia, Jakarta, 2011, hlm. 4
[3] Departemen  Agama  RI,  Alquran  Dan  Terjemahannya,  Bandung,  Diponegoro, 2010, hlm. 418
[4] Umar Baradja, Bimbingan Akhlak, Surabaya, Pustaka Progressif, 1993, hlm. 27-30
[5] Departemen Agama Republik Indonesia, Op. Cit., hlm. 277
[6] Muzayyin Arifin,Filsafat Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 2012, hlm. 110
[7] Kasmuri Selamat, Ihsan Sanusi, Akhlak Tasawuf, Kalam Mulia, Jakarta, 2012, hlm. 8
[8] Kasmuri Selamat, Op. Cit, hal. 29
[9] Enung Fatimah, Psikologi Perkembangan, Bandung, Pustaka Setia, 2006, hlm. 14
10] Suryosubroto, Proses Belajar Mengajar di Sekolah, Rineka Cipta, Jakarta, 2009, hlm. 81
[11] Suryosubroto, Ibid, hlm. 82
[12] Suryosubroto, Ibid, hlm. 82

1 Komentar untuk "(BAB II) Implementasi Pembelajaran Akhlak Terhadap Tata Tertib Siswa Kelas XI "

  1. Kalau boleh share full lengkapnya gan, sebagai refrensi skripsi saya

    BalasHapus

Mohon tidak mengirimkan SPAM ke Blog ini !
Saling Berbagi Sobat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...