Sejarah Lahirnya Aswaja
Minggu, 18 Maret 2018
Tambah Komentar
Salah satu aliran pemikiran dalam Islam yang sampai saat ini masih eksis adalah Ahlus-Sunnah wal-Jama’ah. Bahkan ini diikuti oleh mayoritas umat Islam di dunia. Para ahli sejarah menjelaskan, kemunculan aliran ini secara subtansial sebenarnya sudah ada sejak masa Nabi Muhammad SAW. Hanya saja ketika itu namanya belum diformalkan.
Rasulullah SAW dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang masuk surga dan lainnya masuk neraka. Satu golongan itu disebut al-Ja-Ma’ah. (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan ad-Damiri)
Nabi SAW kemudian wafat. Tongkat kepemimpinannya dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA kemudian Umar bin Khathab RA. Sampai di sini dalam tubuh kaum Muslimim tidak ada perpecahan.
Selanjutnya adalah khalifah Utsman bin Affan RA. Beliau wafat karena dibunuh pemberontak. Kemelut muncul dan terjadilah perang antara kubu Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah.
Secara militer, peperangan dimenangi oleh Ali. Tetapi secara diplomatis, Muawiyah yang unggul. Dalam peristiwa ini lahir istilah populer yang dikenal dengan tahkim, yaitu kelompok Muawiyah mengibarkan bendera putih dengan al-Qur’an berada di ujung tombak sebagai tawaran damai. Berawal dari sinilah, muncul kelompok baru yang menolak adanya tahkim, yaitu Khawarij. Jadi, umat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu Syiah (Pendukung Ali), Khawarij dan Pendukung Muawiyah.
Guna menguatkan kekuasaan dengan dalil agama, Muawiyah membuat aliran atau golongan baru bernama Jabariyah. Salah satu ajarannya yaitu setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah SWT. Dalilinya adalah :
Merebak ajaran Jabariyah membuat situasi menjadi rumit. Banyak orang yang malas bekerja karena yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah kehendak Allah SWT. Melihat situasi yang tidak baik itu, cucu Ali yang bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat aliran baru yang dikenal dengan Qadariyah. Aliran ini mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Allah SWT tidak ikut campur dalam setiap kehendak manusia. Dalil yang populer adalah :
Estafet kepemimpinan kemudian beralih dari kekhalifahan Muawiyah ke Dinasti Abasiyah. Dimasa ini, doktrin Qadariyah menjadi aliran paling populer.
Rasulullah SAW dalam sebuah kesempatan menyampaikan bahwa umat Islam akan terpecah menjadi 73 golongan, hanya satu yang masuk surga dan lainnya masuk neraka. Satu golongan itu disebut al-Ja-Ma’ah. (Riwayat Ahmad, Abu Daud dan ad-Damiri)
Nabi SAW kemudian wafat. Tongkat kepemimpinannya dilanjutkan oleh Khalifah Abu Bakar ash-Shiddiq RA kemudian Umar bin Khathab RA. Sampai di sini dalam tubuh kaum Muslimim tidak ada perpecahan.
Selanjutnya adalah khalifah Utsman bin Affan RA. Beliau wafat karena dibunuh pemberontak. Kemelut muncul dan terjadilah perang antara kubu Ali bin Abi Thalib RA dengan Muawiyah.
Secara militer, peperangan dimenangi oleh Ali. Tetapi secara diplomatis, Muawiyah yang unggul. Dalam peristiwa ini lahir istilah populer yang dikenal dengan tahkim, yaitu kelompok Muawiyah mengibarkan bendera putih dengan al-Qur’an berada di ujung tombak sebagai tawaran damai. Berawal dari sinilah, muncul kelompok baru yang menolak adanya tahkim, yaitu Khawarij. Jadi, umat Islam terpecah menjadi tiga golongan, yaitu Syiah (Pendukung Ali), Khawarij dan Pendukung Muawiyah.
Guna menguatkan kekuasaan dengan dalil agama, Muawiyah membuat aliran atau golongan baru bernama Jabariyah. Salah satu ajarannya yaitu setiap tindakan manusia adalah kehendak Allah SWT. Dalilinya adalah :
فَلَمْ تَقْتُلُوهُمْ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ قَتَلَهُمْ ۚ وَمَا رَمَيْتَ إِذْ
رَمَيْتَ وَلَٰكِنَّ اللَّهَ رَمَىٰ ۚ وَلِيُبْلِيَ الْمُؤْمِنِينَ مِنْهُ
بَلَاءً حَسَنًا ۚ إِنَّ اللَّهَ سَمِيعٌ عَلِيمٌ
“Tidaklah engkau memanah, pada saat memanah, akan tetapi Allah-lah yang memanah.” (al-Anfal:17)Merebak ajaran Jabariyah membuat situasi menjadi rumit. Banyak orang yang malas bekerja karena yakin bahwa apa yang mereka lakukan adalah kehendak Allah SWT. Melihat situasi yang tidak baik itu, cucu Ali yang bernama Muhammad bin Ali bin Muhammad bin Ali bin Abi Thalib membuat aliran baru yang dikenal dengan Qadariyah. Aliran ini mengajarkan bahwa manusia memiliki kehendak dan bertanggung jawab atas setiap perbuatannya. Allah SWT tidak ikut campur dalam setiap kehendak manusia. Dalil yang populer adalah :
لَهُ مُعَقِّبَاتٌ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ يَحْفَظُونَهُ
مِنْ أَمْرِ اللَّهِ ۗ إِنَّ اللَّهَ لَا يُغَيِّرُ مَا بِقَوْمٍ حَتَّىٰ
يُغَيِّرُوا مَا بِأَنْفُسِهِمْ ۗ وَإِذَا أَرَادَ اللَّهُ بِقَوْمٍ سُوءًا
فَلَا مَرَدَّ لَهُ ۚ وَمَا لَهُمْ مِنْ دُونِهِ مِنْ وَالٍ
"Bagi manusia ada malaikat-malaikat yang selalu mengikutinya bergiliran,
di muka dan di belakangnya, mereka menjaganya atas perintah Allah.
Sesungguhnya Allah tidak merubah keadaan sesuatu kaum sehingga mereka
merubah keadaan yang ada pada diri mereka sendiri. Dan apabila Allah
menghendaki keburukan terhadap sesuatu kaum, maka tak ada yang dapat
menolaknya; dan sekali-kali tak ada pelindung bagi mereka selain Dia."(ar-Radu : 11)Estafet kepemimpinan kemudian beralih dari kekhalifahan Muawiyah ke Dinasti Abasiyah. Dimasa ini, doktrin Qadariyah menjadi aliran paling populer.
Belum ada Komentar untuk "Sejarah Lahirnya Aswaja"
Posting Komentar
Mohon tidak mengirimkan SPAM ke Blog ini !
Saling Berbagi Sobat