BAB I (USAHA GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA KELAS VIII)

BAB I
PENDAHULUAN


A.          Penegasan Judul
Penelitian yang penulis lakukan ini berjudul : “Usaha Guru Pendidikan Agama  Islam Dalam Membina Akhlak Siswa Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010”. Untuk menghindari salah persepsi  dan penafsiran terhadap judul yang penulis ajukan, maka dalam sub bab ini akan penulis uraikan secara singkat istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun penegasan yang penulis maksud adalah sebagai berikut:
1.            Usaha
Usaha yaitu “Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk mencapai suatu maksud pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar dan daya upaya untuk mencapai sesuatu)”.[1]
Jadi yang dimaksud dengan usaha di sini adalah suatu kegiatan yang dilakukan untuk mencapai maksud tertentu.
2.            Guru
Guru yaitu : “Tenaga didik yang diangkat dengan tugas khusus mendidik dan mengajar”.[2] Adapun guru yang dimaksud disini adalah tenaga didik dalam mata Pelajaran Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengajar di kelas VIII SMP Daarul Ma’arif.
3.            Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat bahwa : “Pendidikan Agama Islam  adalah sekaligus pendidikan iman dan pendidikan amal karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah laku pribadi”.[3]
Sedangkan Zuhairini, dkk mengartikan Pendidikan Agama Islam, sebagai “Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”.[4]
Lebih lanjut Abdul Munir Mulkan mengartikan pendidikan Islam adalah “Tindakan sadar diri secara sosial yang dilakukan secara terencana guna mengarahkan seluruh manusia Islam yang berkualifikasi iman, ikhsan dan taqwa yang membentuk pola kelakuan dan akhlak”.[5]
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah suatu usaha yang berupa bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam agar semua siswa dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari dengan tujuan membentuk kepribadian akhlak siswa.
4.            Membina
Membina adalah : “Usaha untuk mendapatkan yang lebih baik dan termasuk kata kerja transitif”.[6] Jadi yang dimaksud membina di sini adalah usaha yang dilakukan guru pendidikan agama Islam untuk dapat meningkatkan akhlak siswanya khususnya siswa kelas VIII selaku objek penelitian.
5.            Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti : “Budi pekerti, perangai, tingkah laku atau tabi’at”.[7] Jadi yang dimaksud dengan akhlak di sini adalah pembinaan budi pekerti siswa untuk berbuat baik dan menjalankan sesuai ajaran agama Islam.
6.            Siswa
Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional bahwa : “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.[8]
Jadi yang dimaksud dengan siswa atau peserta didik adalah anggota masyarakat yang sedang aktif  belajar di Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif.
7.            Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di bawah naungan Dinas Pendidikan Nasional Propinsi Lampung dan merupakan salah satu unit pendidikan yang berada dibawah Yayasan Pendidikan Islam Daarul Ma’arif sebagai tempat penulis mengadakan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini adalah kajian tentang segala daya upaya yang diusahakan oleh guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa, serta mendorong kepada pemahaman, penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam didalam kehidupan sehari-hari, dengan harapan siswa dapat berakhlak dan berbudi pekerti yang mulia baik dilingkungan sekolah, keluarga serta di lingkungan masyarakat sekitarnya.

B.           Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul skripsi ini adalah sebagai berikut :
1.        Bahwa guru pendidikan agama Islam mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan dengan guru pendidikan pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak yang sesuai dengan ajaran Islam, juga bertanggung jawab kepada Allah SWT dalam membimbing anak didiknya supaya menjadi insan yang bertaqwa.
2.            Pendidikan agama Islam merupakan pendidikan yang sistematis dalam membentuk kepribadian dan akhlak seorang siswa dalam kehidupan sehari-hari, agar sesuai dengan ajaran Agama Islam.

C.          Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia untuk mengembangkan potensi dirinya agar mampu mencapai harkat dan martabat yang tinggi di hadapan manusia maupun Tuhan-Nya. Hal ini sesuai dengan pendapat A. Muri Yusuf, mengatakan bahwa :
“Pendidikan adalah sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat yang ada pada anak, agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin yang setinggi-tingginya”.[9]
Melalui pendidikan diharapkan manusia dapat merubah hidupnya kearah yang lebih baik dan lebih maju sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh suatu bangsa dan Negara serta agama. Salah satu aspek dari pendidikan di Indonesia adalah pendidikan agama Islam yang dilaksanakan secara formal di sekolah.  Selanjutnya menurut Abu Ahmadi  bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama Islam adalah : “Usaha-usaha secara sistematis dan berencana dalam membantu anak didik agar mereka dapat hidup layak bahagia dan sejahtera sesuai dengan ajaran Islam”.[10]
Hal senada juga dikemukakan oleh Zakiah Daradjat, ia berpendapat bahwa pendidikan agama Islam bertujuan : “Agar kelak kehidupan siswa diliputi budi pekerti yang luhur, karena pendidikan agama Islam adalah untuk membentuk kepribadian muslim”.[11]
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam adalah untuk mendidik budi pekerti  atau akhlak dengan tujuan membentuk kepribadian muslim. Maka untuk mengarahkan kehidupan anak agar memenuhi norma-norma kehidupan Islami, seperti siswa mempunyai akhlak dan budi pekerti yang baik, dan pengetahuan yang luas sehingga membawa kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan agama Islam, bahwa tujuan pokok dan terutama dari pendidikan agama Islam adalah:
“Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru haruslah memperhatikan akhlak, setiap juru didik haruslah memikirkan akhlak keagamaan sebelum yang lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia adalah tiang dari pendidikan agama Islam”.[12]
  
Jadi pendidikan agama Islam adalah pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam dan berperan di dalam pembinaan akhlak anak didik. Karena akhlak itu dikatakan tingkah laku atau hal ihkwal yang melekat pada diri seseorang yang mampu menimbulkan dorongan kebaikan atau keburukan, maka akhlak itu adalah gambaran bagi jiwa yang tersembunyi.
Akhlak merupakan salah satu masalah pokok yang terkandung dalam ajaran Islam, sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk memperbaiki akhlak (HR. Ahmad dan Baihaki)”. [13]

Berdasarkan pada hadits tersebut diatas jelaslah bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan akhlak, maka seharusnya umat Islam dapat mengikuti akhlak Rasulullah SAW.
Adapun kondisi akhlak pada siswa yang kadang terjadi pelanggaran dijelaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa : “Pelanggaran akhlak dikalangan siswa merupakan perilaku yang menyimpang dari norma agama dan sosial, seperti mabuk-mabukan, merokok, tidak berpakaian seragam, tidak patuh pada guru, berkelahi, membolos, ribut saat belajar dan sebagainya yang harus ditangani oleh guru secara serius”.[14]
Dari data yang penulis dapat mengenai keadaan akhlak siswa di SMP daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan dapat dilihat pada tabel berikut :
TABEL 1
Keadaan Akhlak Siswa SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan

No
Peraturan
Pelanggaran
Sangsi
1.
Siswa harus mengikuti upacara bendera
Siswa tidak mengikuti upacara bendera
Membersihkan lingkungan sekolah
2.
Siswa harus berpakaian seragam
Siswa tidak berpakaian seragam
Membersihkan lingkungan sekolah
3.
Siswa harus aktif mengikuti KBM
Siswa tidk aktif mengikuti KBM
Teguran, Skorsing
4.
Siswa tidak boleh berkelahi
Siswa berkelahi
Teguran, Skorsing
5.
Siswa dilarang merokok
Siswa merokok
Teguran, Skorsing
6.
Siswa dilarang membolos
Siswa membolos
Teguran, Skorsing
7.
Siswa dilarang ribut didalam kelas
Siswa ribut didalam kelas
Teguran, Skorsing
8.
Siswa dilarang membawa dan meminum-minuman keras
Siswa membawa dan meminum-minuman keras
Teguran, Skorsing
Sumber : Keadaan Akhlak Siswa SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran 2009/2010

Selanjutnya dari hasil pra survai yang penulis lakukan terhadap kondisi akhlak siswa di SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan, dijelaskan oleh Ibu Misti Rahayu, A.Ma bahwa :
“Kondisi akhlak  siswa yang telah dibina melalui pendidikan agama Islam tersebut belum terbentuk secara maksimal dari yang diharapkan, dimana ternyata masih banyak di antara siswa yang masih suka melanggarnya, misalnya membolos, merokok, tidak masuk kelas, berkelahi dan sebagainya”.[15] 
Jadi jelaslah bahwa kondisi akhlak siswa masih kurang terbentuk menjadi insan yang baik atau mulia dimana siswa sering melakukan pelanggaran akhlak atau kedisiplinan sekolah, sebagaimana tertera pada tabel berikut :
TABEL II
Data Pelanggaran Akhlak Siswa SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan

No.
Jenis Pelanggaran
Pelaku
1.
Berkelahi
2
2.
Merokok
3
3.
Tidak mengikuti upacara bendera
1
4.
Membolos
2
5.
Ribut dalam kelas
2

Jumlah
10 orang siswa
Sumber : Dokumen sekolah Juli – Desember 2009
Berdasarkan tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa pelanggaran siswa di sekolah masih banyak terjadi padahal dari segi pembinaan telah dilaksanakan secara maksimal oleh guru agama Islam, sebagaimana tabel berikut:
TABEL III
Pembinaan Akhlak Oleh Guru Pendidikan Agama Islam
SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan


Sering
jarang
Tidak pernah
Jumlah
1
Memberikan nasehat
ü   
-
-
1
2
Membiasakan perbuatan baik
ü   
-
-
1
3
Mengawasi siswa
-
ü   
-
1
4
Memberi ketauladanan
ü   
-
-
1

Jumlah
3
1

4













Berdasarkan pada tabel tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam telah berusaha maksimal dalam membina akhlak siswa yaitu dengan cara : memberikan nasehat, menunjukkan perbuatan baik, mengawasi perilaku siswa dan memberikan ketauladanan.
Pemberian nasehat oleh guru pendidikan agama Islam kepada anak didik merupakan pendekatan dalam mengajar disebabkan “tingkah laku anak didik dalam kelas, menyebarkan pengetahuan dapat di kontrol dan ditentukan oleh guru”.[16] Nasihat yang diberikan guru pendidikan agama Islam dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. Contohnya yaitu dalam pemberian motivasi kepada siswa dalam belajar.
Menunjukkan / membiasakan perbuatan baik adalah “salah satu alat pendidikan yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Karena anak-anak dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di sekolah dan di tempat lain”.[17] Contohnya : membiasakan mengucapkan salam bila bertemu dengan guru.
Adapun yang dimaksud dengan mengawasi siswa yang dilakukan oleh guru pendidikan agama Islam adalah agar siswa tidak melakukan pelanggaran-pelanggaran, baik pelanggaran terhadap tata tertib sekolah atau perbuatan-perbuatan buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma agama Islam, karena pengawasan adalah “Alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan biarpun secara berangsur-angsur anak itu harus diberi kebebasan. Dan pengawasan tersebut dilakukan oleh pendidik dengan mengingat usia anak-anak”.[18]
Pentingnya pengawasan pada anak didik, agar anak dapat membedakan yang baik dan yang buruk, mengetahui mana yang harus dihindari atau tidak senonoh dan mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang tidak. Contohnya : menegur siswa bila melakukan pelanggaran.
Memberi ketauladanan, menurut Abdurrahman An-Nahlawi bahwa “Manusia pada dasarnya sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu mengarahkan manusia pada jalan kebenaran sekaligus menjadi perumpamaan dinamis yang menjelaskan cara mengamalkan syari’at Allah”.[19] Contohnya : baju harus selalu dimasukkan dan tidak boleh merokok.
Jadi jelaslah guru telah berusaha dengan upaya-upaya pendekatan terhadap anak didik secara langsung tetapi siswa hanya mendengarkan saja dan tidak menuruti nasehat yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan keterangan guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah, serta tabel tersebut diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa dengan berpedoman kepada ajaran agama Islam, maka merupakan tugas semua guru dalam membina akhlak siswa. Jadi seorang pendidik khususnya guru pendidikan agama Islam harus dapat menerapkan ajaran-ajaran agama Islam serta dapat menjadi contoh tauladan bagi siswa dalam rangka membina akhlak siswa, agar kelak siswa tersebut dapat menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya serta mempunyai akhlak yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka terdapat problema yang perlu di teliti dimana pendidikan agama Islam telah dilaksanakan dengan maksimal namun belum semua siswa kelas VIII di SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan berakhlak baik.

D.          Rumusan Masalah
Menurut Suharsimi Arikunto, masalah atau permasalahan dalam penelitian adalah “Pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian”.[20] Selanjutnya Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa : “Masalah atau permasalahan ada kalau ada kesenjangan dan perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada dalam kenyataan”.[21] Dengan demikian dapat dikatakan bahwa masalah adalah segala bentuk yang tidak sesuai antara teori dengan apa yang ada / terjadi dan perlu dicari pemecahannya. Dalam penelitian ini rumuskan masalah yang penulis ajukan sebagai berikut:
“Bagaimana usaha guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010?”.

E.           Hipotesis
Menurut Sumadi Suryabrata hipotesis adalah “Jawaban sementara terhadap masalah- masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris”.[22]
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa : “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin benar atau mungkin juga salah. Dia akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat tergantung pada hasil penyelidikan”.[23]
Jadi hipotesis adalah merupakan dugaan sementara yang diperoleh dari kerangka fikir yang kebenarannya harus dibuktikan berdasarkan fakta hasil penelitian. Hipotesis juga merupakan jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan.
Berdasarkan pada pendapat tersebut di atas maka penulis dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Usaha guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010 sudah maksimal tetapi belum semua siswa berakhlak baik, karena belum tertanamnya akhlak yang baik dan kebiasaan dalam melaksanakan tata tertib dalam jiwa siswa.”.

F.            Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.            Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.           Untuk mengetahui usaha guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010.
b.     Untuk mengetahui pengamalan nilai-nilai akhlak pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010.

2.            Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :
a.             Sebagai bahan pertimbangan bagi guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII sekolah menengah pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010.
b.            Sebagai salah satu syarat bagi peneliti untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ma’arif Metro Lampung.
c.             Sebagi sumbangan pemikiran bagi guru dalam membina akhlak siswa.
d.            Sebagai bahan referensi bagi peneliti yang melakukan penelitian lebih lanjut.

G.          Metode Penelitian
1.            Jenis dan Sifat Penelitian
a.      Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu meneliti fakta-fakta yang ada dilapangan. Adapun yang menjadi lokasi penelitian ini adalah SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan.
b.      Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang penulis lakukan adalah penelitian atau riset deskriptif dan jenisnya adalah deskriptif kualitatif, yang penyelesaiannya dilakukan dengan menggunakan tekhnik statistik. Melalui penelitian ini penulis hanya akan melukiskan keadaan objek penelitian atau persoalan yang terjadi dan mengambil kesimpulan yang berlaku hanya untuk seputar yang diteliti.
2.            Populasi
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian, apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.[24]
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa populasi adalah sejumlah objek penelitian yang diteliti. Adapun populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010 yaitu sebanyak 35 siswa.
Kemudian mengenai sampel Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa “Sampel adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.[25]
Dari kutipan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil dari populasi yang akan menjadi objek atau sasaran penelitian. Kemudian untuk menentukan teknik pengambilan sampel dengan berpedoman pada pendapat Suharsimi Arikunto yaitu sebagai berikut : “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian merupakan penelitian populasi dan jika subyeknya besar maka dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih”.[26]
Karena jumlah populasi yang ada dalam penelitian ini adalah lebih kecil dari 100 orang yaitu 35 orang siswa, maka penulis tidak akan mengambil sampel sebagai wakil dari populasi. Jadi penelitian yang akan penulis laksanakan ini juga dapat dikatakan sebagai penelitian populasi.
3.   Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dan obyektif dalam penelitian ini, maka peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan data. Metode-metode tersebut adalah sebagai berikut:
a.  Metode Kuesioner (angket)
Menurut Suharsimi Arikunto, kuesioner adalah “Sejumlah pertanyaan tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi bagi responden dalam diri tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.[27]
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud dengan Angket adalah: “Merupakan suatu daftar pertanyaan yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu bidang, dengan demikian angket dimaksudkan sebagai daftar pertanyaan untuk memperolah data berupa jawaban-jawaban atau orang yang menjawab”.[28] Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar pertanyaan yang dibagikan kepada sejumlah responden yang dijadikan sampel dalam penelitian.
Sedangkan dalam bentuk penyampaiannya kuesioner (angket) dapat dibedakan menjadi dua yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Hal tersebut sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi sebagai berikut : “Disebut angket langsung jika daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang diminati menceritakan tentang keadaan dirinya, sebaliknya jika daftar pertanyaannya dikirim kepada seseorang yang dimintai untuk menceritakan keadaan orang lain disebut angket tidak langsung”.[29]
Adapun metode angket yang penulis gunakan adalah angket langsung. Angket ini akan penulis tujukan kepada siswa kelas VIII SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan untuk mengetahui tentang usaha guru Pendidikan Agama Islam dalam membina akhlak siswa.
Adapun bentuk pertanyaan pertanyaan yang penulis pergunakan adalah bentuk multiple choise yaitu pilihan ganda dengan alternatif jawaban yaitu untuk jawaban a dengan bobot skor 3, untuk jawaban b dengan bobot skor 2, dan untuk jawaban c dengan bobot skor 1.
b.   Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi Observasi adalah : “Metode penelitian dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap fenomena-fenomena yang diselidiki”.[30] Adapun jenis observasi menurut Sutrisno Hadi ada tiga jenis yaitu Observasi partisipan / non partisipan, Observasi sistematik / non sistematik dan Observasi eksperimental / non eksperimental.[31]
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi non partisipan, dimana penulis hanya mengadakan pengamatan dan pencatatan di lokasi penelitian dengan tidak turut berpartisipasi dalam kegiatan obyek-obyek yang diobservasi. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran secara umum daerah penelitian, seperti tentang keadaan siswa, sarana dan prasarana yang menunjang dalam proses belajar mengajar serta pelaksanaan pendidikan agama Islam.
c.  Metode Interview
Metode interview dapat disebut juga metode wawancara, menurut Sutrisno Hadi, Interview adalah : “Pengumpulan data dengan jalan tanya jawab lisan, dimana dua orang atau lebih saling berhadap-hadapan secara fisik, yang satu dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya”.[32]
Menurut S. Nasution interview adalah “Suatu bentuk komunikasi verbal, jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi”.[33]
Bentuk interview adalah suatu cara untuk memperoleh jalan untuk mengadakan percakapan atau tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan informasi yang diberikan. Pada penelitian ini bentuk interview yang penulis gunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu mengadakan tanya jawab secara bebas berpedoman kepada pokok-pokok yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Interview ini ditujukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama Islam untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru dan siswa, perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, keadaan akhlak siswa, dan usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam membentuk akhlak siswa.
d.  Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan mencatat data yang telah didokumentasikan.[34]
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah : “Mencari data mengenai hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen rapat, legger, agenda dan sebagainya”.[35]
Jadi metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau keterangan melalui dokumen-dokumen yang mana data-data yang diperlukan itu tidak mungkin bisa diperoleh melalui keterangan-keterangan masa lalu yang tidak bisa ada orang yang mengetahuinya lagi pada waktu peristiwa itu terjadi.
Pelaksanaan metode ini adalah dengan mencatat data yang ada pada statistik sekolah, legger, buku induk dan arsip yang ada di SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan.
e.  Metode Analisi Data
Setelah penulis memperoleh data melalui metode pengumpulan data dari objek penelitian maka langkah selanjutnya adalah penulis mengadakan analisa tentang data yang diperoleh dari hasil angket siswa. Dari hasil jawaban angket dapat diolah dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut : “a. Editing; b. Klasifikasi; c. Tabulasi; d. Interpretasi”.[36]
Editing, maksudnya pengecekan terhadap data-data dan bahan-bahan yang telah diberikan kepada siswa (responden) sesuai dengan alternatif yang diajukan dalam kuesioner tersebut, guna untuk melihat apakah terdapat kekeliruan dalam pengisian angket atau tidak.
Klasifikasi, maksudnya menggabungkan atau mengelompokkan hasil jawaban yang telah diberikan sesuai dengan alternatif kuesioner, dimana jawabannya akan dihitung dengan menggunakan rumus prosentase :


Keterangan :
P = Presentase
F = Frekwensi (Jumlah Jawaban)
N = Jumlah Sampel
Tabulasi, maksudnya memasukan data yang telah diklasifikasikan dan dihitung prosentasenya ke dalam sebuah tabel sehingga dapat dilihat hasil jawaban dari masing-masing item kuesioner.
Interpretasi, maksudnya memberikan penafsiran atau tanggapan terhadap jawaban yang telah diberikan oleh siswa, terutama berdasarkan hasil prosentase yang lebih besar.
Setelah data diolah sedemikian rupa, maka selanjutnya akan dianalisa dengan menggunakan cara berfikir sintetik dan cara berfikir analitik. Cara berfikir sintetik yaitu “Pemikiran yang berlandaskan pada pengetahuan-pengetahuan yang khusus, fakta-fakta yang unik dan merangkaikan fakta-fakta itu menjadi suatu pemecahan bersifat umum, kesimpulan yang ditarik dari cara berfikir semacam ini disebut dengan cara berfikir Induktif”.[37]
Sedangkan cara berfikir analitik adalah cara berfikir yang berangkat dari hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus. Cara ini disebut dengan cara berfikir deduktif yaitu orang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum dan meneliti persoalan-persoalan dari segi dasar-dasar pengetahuan yang khusus.
Dari kedua cara tersebut di atas penulis dalam menganalisa menggunakan cara berfikir analitik sehingga menghasilkan kesimpulan yang objektif yang dapat dijadikan sebagai fakta untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.

Bagi yang ingin mendapatkan file pdf silahkan klik ikon download di bawah ini
https://drive.google.com/file/d/0B8CdH8MC-EQleFRPN2ZkUDl5OGs/view?usp=sharing


[1] Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta,1990. hlm. 997
[2] Mohammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA, Sarana Panca Karya, 1998. hlm 404
[3] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hlm. 28
[4] Zuhairini, Abdul Ghofur dan Slamet As Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 27
[5] Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual muslim : Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan Dakwah, Press Yogyakarta, 1993, hlm. 233
[6] Badudu, JS., Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Pustaka Amani, Jakarta, 1986, hlm. 9
[7] Moh. Amin, Pengantar Ilmu Akhlak, Express Surabaya, 1987, hlm. 7
[8] Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No.20 TH 2003), Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm.3
[9] A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 24
[10] Abu Ahmadi, Metode khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1985, hlm. 41
[11] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hlm. 28
[12] M. Athiyah Al-abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam, Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 1-2
[13] Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi, Jamius Shaghiir, darul Kitab, Al-Arabi, 1967, hlm. 103
[14] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1988, hlm. 25
[15] Wawancara, Misti Rahayu, A.Ma, Guru Pendidikan Agama Islam SMP Daarul Ma’arif, tanggal 28 Oktober 2009
[16] Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru, Bandung, 1989, hlm. 153
[17] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung, 1994, hlm. 177
[18] Ibid, hlm. 179
[19] Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta, hlm. 260
[20] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1997, 30
[21] Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, UGM, CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 66
[22] Ibid, hlm. 75
[23] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, UGM Press, Yogyakarta, 1985, hlm. 63
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1989, hlm. 102
[25] Ibid, hlm. 102
[26] Ibid, hlm. 107
[27] Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hlm. 124
[28] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,1986, hlm. 73
[29] Sutrisno Hadi, Metodologi Research III, cet. Ke-9, Yayasan Penerbit Fakultas Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 63
[30] Ibid, hlm. 136
[31] Ibid, hlm. 141
[32] Ibid, hlm. 192
[33] Nasution S, Metode Research, Bumi Aksara, Jakarta, 2001, hlm. 113
[34] Djumhur dan Muhammad Surya, Bimbingan dan Penyuluhan di Sekolah, Bina Ilmu, Bandung, 1975, hlm. 64
[35] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1989, hlm. 167
[36] Moersaleh dan Moesanif, Pedoman Pembuatan Skripsi, Gunung Agung, Jakarta, 1987, hlm. 17-18
[37] Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 63

Belum ada Komentar untuk "BAB I (USAHA GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA KELAS VIII)"

Posting Komentar

Mohon tidak mengirimkan SPAM ke Blog ini !
Saling Berbagi Sobat

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

loading...