BAB I (USAHA GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA KELAS VIII)
Jumat, 01 Juli 2016
Tambah Komentar
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Penegasan Judul
Penelitian yang penulis lakukan ini berjudul : “Usaha Guru Pendidikan
Agama Islam Dalam Membina Akhlak Siswa
Kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
Tahun Pelajaran 2009/2010”. Untuk menghindari salah persepsi dan penafsiran terhadap judul yang penulis
ajukan, maka dalam sub bab ini akan penulis uraikan secara singkat
istilah-istilah yang terdapat dalam judul tersebut. Adapun penegasan yang
penulis maksud adalah sebagai berikut:
1.
Usaha
Usaha yaitu “Kegiatan dengan mengerahkan tenaga, pikiran atau badan untuk
mencapai suatu maksud pekerjaan (perbuatan, prakarsa, ikhtiar dan daya upaya
untuk mencapai sesuatu)”.[1]
Jadi yang dimaksud dengan usaha di sini adalah suatu kegiatan yang
dilakukan untuk mencapai maksud tertentu.
2.
Guru
Guru yaitu : “Tenaga didik yang diangkat dengan tugas khusus mendidik dan
mengajar”.[2]
Adapun guru yang dimaksud disini adalah tenaga didik dalam mata Pelajaran
Pendidikan Agama Islam (PAI) yang mengajar di kelas VIII SMP Daarul Ma’arif.
3.
Pendidikan Agama Islam
Menurut Zakiah Daradjat bahwa : “Pendidikan Agama Islam adalah sekaligus pendidikan iman dan
pendidikan amal karena ajaran Islam berisi tentang ajaran sikap dan tingkah
laku pribadi”.[3]
Sedangkan Zuhairini, dkk mengartikan Pendidikan Agama Islam, sebagai
“Usaha-usaha secara sistematis dan pragmatis dalam membantu anak didik agar
mereka hidup sesuai dengan ajaran Islam”.[4]
Lebih lanjut Abdul Munir Mulkan mengartikan pendidikan Islam adalah
“Tindakan sadar diri secara sosial yang dilakukan secara terencana guna
mengarahkan seluruh manusia Islam yang berkualifikasi iman, ikhsan dan taqwa
yang membentuk pola kelakuan dan akhlak”.[5]
Dari pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama Islam
adalah suatu usaha yang berupa bimbingan yang dilakukan oleh guru agama Islam
agar semua siswa dapat mengamalkan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari
dengan tujuan membentuk kepribadian akhlak siswa.
4.
Membina
Membina adalah : “Usaha untuk
mendapatkan yang lebih baik dan termasuk kata kerja transitif”.[6] Jadi yang dimaksud membina di sini adalah
usaha yang dilakukan guru pendidikan agama Islam untuk dapat meningkatkan
akhlak siswanya khususnya siswa kelas VIII selaku objek penelitian.
5.
Akhlak
Akhlak berasal dari bahasa Arab yang berarti : “Budi pekerti, perangai,
tingkah laku atau tabi’at”.[7]
Jadi yang dimaksud dengan akhlak di sini adalah pembinaan budi pekerti siswa
untuk berbuat baik dan menjalankan sesuai ajaran agama Islam.
6.
Siswa
Menurut undang-undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional bahwa : “Peserta didik adalah anggota masyarakat yang berusaha
mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran yang tersedia pada jalur,
jenjang dan jenis pendidikan tertentu”.[8]
Jadi yang dimaksud dengan siswa atau peserta didik adalah anggota
masyarakat yang sedang aktif belajar di
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif.
7.
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
merupakan salah satu lembaga pendidikan formal di bawah naungan Dinas Pendidikan
Nasional Propinsi Lampung dan merupakan salah satu unit pendidikan yang berada
dibawah Yayasan Pendidikan Islam Daarul Ma’arif sebagai tempat penulis
mengadakan penelitian.
Berdasarkan uraian diatas maka yang dimaksud dengan judul skripsi ini
adalah kajian tentang segala daya upaya yang diusahakan oleh guru pendidikan
agama Islam dalam membina akhlak siswa, serta mendorong kepada pemahaman,
penghayatan, dan pengamalan ajaran agama Islam didalam kehidupan sehari-hari,
dengan harapan siswa dapat berakhlak dan berbudi pekerti yang mulia baik
dilingkungan sekolah, keluarga serta di lingkungan masyarakat sekitarnya.
B.
Alasan Memilih Judul
Adapun yang menjadi alasan penulis dalam memilih judul skripsi ini adalah
sebagai berikut :
1. Bahwa guru pendidikan agama Islam
mempunyai tanggung jawab yang lebih berat dibandingkan dengan guru pendidikan
pada umumnya, karena selain bertanggung jawab terhadap pembentukan pribadi anak
yang sesuai dengan ajaran Islam, juga bertanggung jawab kepada Allah SWT dalam
membimbing anak didiknya supaya menjadi insan yang bertaqwa.
2.
Pendidikan agama Islam merupakan
pendidikan yang sistematis dalam membentuk kepribadian dan akhlak seorang siswa
dalam kehidupan sehari-hari, agar sesuai dengan ajaran Agama Islam.
C.
Latar Belakang Masalah
Pendidikan merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan manusia
untuk mengembangkan potensi dirinya agar mampu mencapai harkat dan martabat
yang tinggi di hadapan manusia maupun Tuhan-Nya. Hal ini sesuai dengan pendapat
A. Muri Yusuf, mengatakan bahwa :
“Pendidikan
adalah sebagai daya upaya untuk memberikan tuntunan pada segala kekuatan kodrat
yang ada pada anak, agar mereka baik sebagai manusia maupun sebagai anggota
masyarakat dapatlah mencapai keselamatan dan kebahagiaan hidup lahir dan batin
yang setinggi-tingginya”.[9]
Melalui pendidikan diharapkan manusia dapat merubah hidupnya kearah yang
lebih baik dan lebih maju sesuai dengan apa yang dicita-citakan oleh suatu
bangsa dan Negara serta agama. Salah satu aspek dari pendidikan di Indonesia
adalah pendidikan agama Islam yang dilaksanakan secara formal di sekolah. Selanjutnya menurut Abu Ahmadi bahwa yang dimaksud dengan pendidikan agama
Islam adalah : “Usaha-usaha secara sistematis dan berencana dalam membantu anak
didik agar mereka dapat hidup layak bahagia dan sejahtera sesuai dengan ajaran
Islam”.[10]
Hal senada juga dikemukakan oleh Zakiah
Daradjat, ia
berpendapat bahwa pendidikan agama Islam bertujuan : “Agar kelak kehidupan
siswa diliputi budi pekerti yang luhur, karena pendidikan agama Islam adalah
untuk membentuk kepribadian muslim”.[11]
Dari pendapat tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa pendidikan agama
Islam adalah untuk mendidik budi pekerti
atau akhlak dengan tujuan membentuk kepribadian muslim. Maka untuk
mengarahkan kehidupan anak agar memenuhi norma-norma kehidupan Islami, seperti
siswa mempunyai akhlak dan budi pekerti yang baik, dan pengetahuan yang luas
sehingga membawa kebahagiaan didunia dan diakhirat kelak.
Menurut M. Athiyah Al-Abrasyi dalam kajiannya tentang pendidikan agama
Islam, bahwa tujuan pokok dan terutama dari pendidikan agama Islam adalah:
“Mendidik budi pekerti dan pendidikan jiwa. Semua
mata pelajaran haruslah mengandung pelajaran-pelajaran akhlak, setiap guru
haruslah memperhatikan akhlak, setiap juru didik haruslah memikirkan akhlak
keagamaan sebelum yang lainnya, karena akhlak keagamaan adalah akhlak yang
tertinggi, sedangkan akhlak yang mulia adalah tiang dari pendidikan agama
Islam”.[12]
Jadi pendidikan agama Islam
adalah pendidikan yang dilaksanakan sesuai dengan ajaran agama Islam dan
berperan di dalam pembinaan akhlak anak didik. Karena akhlak itu dikatakan
tingkah laku atau hal ihkwal yang melekat pada diri seseorang yang mampu
menimbulkan dorongan kebaikan atau keburukan, maka akhlak itu adalah gambaran
bagi jiwa yang tersembunyi.
Akhlak
merupakan salah satu masalah pokok yang terkandung dalam ajaran Islam,
sebagaimana sabda Rasulullah SAW :
Artinya : “Sesungguhnya aku (Muhammad) diutus untuk memperbaiki akhlak (HR.
Ahmad dan Baihaki)”. [13]
Berdasarkan pada hadits
tersebut diatas jelaslah bahwa Rasulullah SAW diutus untuk menyempurnakan
akhlak, maka seharusnya umat Islam dapat mengikuti akhlak Rasulullah SAW.
Adapun kondisi akhlak pada
siswa yang kadang terjadi pelanggaran dijelaskan oleh Zakiah Daradjat bahwa :
“Pelanggaran akhlak dikalangan siswa merupakan perilaku yang menyimpang dari
norma agama dan sosial, seperti mabuk-mabukan, merokok, tidak berpakaian
seragam, tidak patuh pada guru, berkelahi, membolos, ribut saat belajar dan
sebagainya yang harus ditangani oleh guru secara serius”.[14]
Dari data yang penulis dapat
mengenai keadaan akhlak siswa di SMP daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan dapat
dilihat pada tabel berikut :
TABEL 1
Keadaan Akhlak Siswa SMP
Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
No
|
Peraturan
|
Pelanggaran
|
Sangsi
|
1.
|
Siswa harus mengikuti upacara bendera
|
Siswa tidak mengikuti upacara bendera
|
Membersihkan
lingkungan sekolah
|
2.
|
Siswa harus
berpakaian seragam
|
Siswa tidak
berpakaian seragam
|
Membersihkan
lingkungan sekolah
|
3.
|
Siswa harus aktif mengikuti KBM
|
Siswa tidk aktif mengikuti KBM
|
Teguran,
Skorsing
|
4.
|
Siswa tidak
boleh berkelahi
|
Siswa berkelahi
|
Teguran,
Skorsing
|
5.
|
Siswa dilarang
merokok
|
Siswa merokok
|
Teguran,
Skorsing
|
6.
|
Siswa dilarang
membolos
|
Siswa membolos
|
Teguran,
Skorsing
|
7.
|
Siswa dilarang ribut didalam kelas
|
Siswa ribut
didalam kelas
|
Teguran,
Skorsing
|
8.
|
Siswa dilarang membawa dan meminum-minuman keras
|
Siswa membawa dan meminum-minuman keras
|
Teguran,
Skorsing
|
Sumber : Keadaan
Akhlak Siswa SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan Tahun Pelajaran
2009/2010
Selanjutnya dari hasil pra survai yang penulis lakukan
terhadap kondisi akhlak siswa di SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan,
dijelaskan oleh Ibu Misti Rahayu, A.Ma bahwa :
“Kondisi akhlak
siswa yang telah dibina melalui pendidikan agama Islam tersebut belum
terbentuk secara maksimal dari yang diharapkan, dimana ternyata masih banyak di antara siswa yang masih suka melanggarnya,
misalnya membolos, merokok, tidak masuk kelas, berkelahi dan sebagainya”.[15]
Jadi jelaslah bahwa kondisi akhlak siswa masih kurang
terbentuk menjadi insan yang baik atau mulia dimana siswa sering melakukan
pelanggaran akhlak atau kedisiplinan
sekolah, sebagaimana tertera pada tabel berikut :
TABEL II
Data Pelanggaran Akhlak Siswa SMP Daarul
Ma’arif Natar Lampung Selatan
No.
|
Jenis Pelanggaran
|
Pelaku
|
1.
|
Berkelahi
|
2
|
2.
|
Merokok
|
3
|
3.
|
Tidak
mengikuti upacara bendera
|
1
|
4.
|
Membolos
|
2
|
5.
|
Ribut
dalam kelas
|
2
|
Jumlah
|
10 orang siswa
|
Sumber : Dokumen sekolah Juli – Desember 2009
Berdasarkan
tabel tersebut maka dapat diketahui bahwa pelanggaran siswa di sekolah masih
banyak terjadi padahal dari segi pembinaan telah dilaksanakan secara maksimal oleh guru agama Islam, sebagaimana tabel berikut:
TABEL III
Pembinaan Akhlak Oleh Guru Pendidikan Agama Islam
SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan
Sering
|
jarang
|
Tidak pernah
|
Jumlah
|
||
1
|
Memberikan nasehat
|
ü
|
-
|
-
|
1
|
2
|
Membiasakan perbuatan baik
|
ü
|
-
|
-
|
1
|
3
|
Mengawasi siswa
|
-
|
ü
|
-
|
1
|
4
|
Memberi ketauladanan
|
ü
|
-
|
-
|
1
|
Jumlah
|
3
|
1
|
4
|
Berdasarkan pada tabel tersebut
di atas maka dapat disimpulkan bahwa guru pendidikan agama Islam telah berusaha
maksimal dalam membina akhlak
siswa yaitu dengan cara : memberikan nasehat, menunjukkan perbuatan baik,
mengawasi perilaku siswa dan memberikan ketauladanan.
Pemberian nasehat oleh guru pendidikan agama Islam kepada anak didik
merupakan pendekatan dalam mengajar disebabkan “tingkah laku anak didik dalam
kelas, menyebarkan pengetahuan dapat di kontrol dan ditentukan oleh guru”.[16] Nasihat yang diberikan guru pendidikan
agama Islam dalam bentuk penjelasan dan penuturan secara lisan. Contohnya yaitu
dalam pemberian motivasi kepada siswa dalam belajar.
Menunjukkan / membiasakan perbuatan baik adalah “salah satu alat pendidikan
yang penting sekali, terutama bagi anak-anak yang masih kecil. Karena anak-anak
dapat menurut dan taat kepada peraturan-peraturan dengan jalan membiasakannya
dengan perbuatan-perbuatan yang baik, di dalam rumah tangga atau keluarga, di
sekolah dan di tempat lain”.[17] Contohnya : membiasakan mengucapkan salam
bila bertemu dengan guru.
Adapun yang dimaksud dengan mengawasi siswa yang dilakukan oleh guru
pendidikan agama Islam adalah agar siswa tidak melakukan
pelanggaran-pelanggaran, baik pelanggaran terhadap tata tertib sekolah atau
perbuatan-perbuatan buruk yang tidak sesuai dengan norma-norma agama Islam,
karena pengawasan adalah “Alat pendidikan yang penting dan harus dilaksanakan
biarpun secara berangsur-angsur anak itu harus diberi kebebasan. Dan pengawasan
tersebut dilakukan oleh pendidik dengan mengingat usia anak-anak”.[18]
Pentingnya pengawasan pada anak didik, agar anak dapat membedakan yang baik
dan yang buruk, mengetahui mana yang harus dihindari atau tidak senonoh dan
mana yang boleh dan harus dilaksanakan, mana yang membahayakan dan mana yang
tidak. Contohnya : menegur siswa bila melakukan pelanggaran.
Memberi ketauladanan, menurut Abdurrahman An-Nahlawi bahwa “Manusia pada
dasarnya sangat cenderung memerlukan sosok teladan dan panutan yang mampu
mengarahkan manusia pada jalan kebenaran sekaligus menjadi perumpamaan dinamis
yang menjelaskan cara mengamalkan syari’at Allah”.[19] Contohnya : baju harus selalu dimasukkan
dan tidak boleh merokok.
Jadi jelaslah guru telah berusaha dengan upaya-upaya pendekatan terhadap
anak didik secara langsung tetapi siswa hanya mendengarkan saja dan tidak
menuruti nasehat yang diberikan oleh guru.
Berdasarkan keterangan guru pendidikan agama Islam dan kepala sekolah,
serta tabel tersebut diatas maka dapat penulis simpulkan bahwa dengan
berpedoman kepada ajaran agama Islam, maka merupakan tugas semua guru dalam
membina akhlak siswa. Jadi seorang pendidik khususnya guru pendidikan agama
Islam harus dapat menerapkan ajaran-ajaran agama Islam serta dapat menjadi
contoh tauladan bagi siswa dalam rangka membina akhlak siswa, agar kelak siswa
tersebut dapat menjalankan perintah-Nya, menjauhi larangan-Nya serta mempunyai
akhlak yang baik.
Berdasarkan latar belakang masalah di atas maka terdapat problema yang
perlu di teliti dimana pendidikan agama Islam telah dilaksanakan dengan
maksimal namun belum semua siswa kelas VIII di SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung
Selatan berakhlak baik.
D.
Rumusan Masalah
Menurut Suharsimi Arikunto, masalah atau permasalahan dalam penelitian
adalah “Pertanyaan yang ingin dicari jawabannya melalui kegiatan penelitian”.[20]
Selanjutnya Sumadi Suryabrata mengatakan bahwa : “Masalah atau permasalahan ada
kalau ada kesenjangan dan perbedaan antara apa yang seharusnya dan apa yang ada
dalam kenyataan”.[21] Dengan
demikian dapat dikatakan bahwa masalah adalah segala bentuk yang tidak sesuai
antara teori dengan apa yang ada / terjadi dan perlu dicari pemecahannya. Dalam penelitian ini rumuskan
masalah yang penulis ajukan sebagai berikut:
“Bagaimana usaha guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII sekolah menengah
pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010?”.
E.
Hipotesis
Menurut Sumadi Suryabrata hipotesis adalah “Jawaban sementara terhadap
masalah- masalah penelitian yang kebenarannya harus diuji secara empiris”.[22]
Sutrisno Hadi menyatakan bahwa : “Hipotesis adalah dugaan yang mungkin
benar atau mungkin juga salah. Dia
akan ditolak jika salah atau palsu dan akan diterima jika fakta-fakta
membenarkannya. Penolakan dan penerimaan hipotesis dengan begitu sangat
tergantung pada hasil penyelidikan”.[23]
Jadi hipotesis adalah
merupakan dugaan sementara yang diperoleh dari kerangka fikir yang kebenarannya
harus dibuktikan berdasarkan fakta hasil penelitian. Hipotesis juga merupakan
jawaban sementara dari permasalahan yang diajukan.
Berdasarkan pada pendapat
tersebut di atas maka penulis dapat mengajukan hipotesis sebagai berikut: “Usaha guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII
sekolah menengah pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun
pelajaran 2009/2010 sudah
maksimal tetapi belum semua siswa berakhlak baik, karena belum tertanamnya akhlak yang baik dan
kebiasaan dalam melaksanakan tata tertib dalam jiwa siswa.”.
F.
Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1.
Tujuan Penelitian
Adapun tujuan yang akan dicapai melalui penelitian ini adalah sebagai
berikut:
a. Untuk mengetahui usaha guru
pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama
(SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010.
b. Untuk mengetahui pengamalan
nilai-nilai akhlak pada siswa kelas VIII Sekolah Menengah Pertama (SMP) Daarul Ma’arif
Natar Lampung Selatan tahun pelajaran 2009/2010.
2.
Kegunaan penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat berguna :
a.
Sebagai bahan pertimbangan bagi
guru pendidikan agama Islam dalam membina akhlak siswa kelas VIII sekolah
menengah pertama (SMP) Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan tahun pelajaran
2009/2010.
b.
Sebagai salah satu syarat bagi
peneliti untuk meraih gelar Sarjana Pendidikan Agama Islam di Fakultas Tarbiyah
Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Ma’arif Metro Lampung.
c.
Sebagi sumbangan pemikiran bagi
guru dalam membina akhlak siswa.
d.
Sebagai bahan referensi bagi
peneliti yang melakukan penelitian lebih lanjut.
G.
Metode Penelitian
1.
Jenis dan Sifat Penelitian
a. Jenis Penelitian
Jenis penelitian ini adalah field research, yaitu
meneliti fakta-fakta yang ada dilapangan. Adapun yang menjadi lokasi penelitian
ini adalah SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung Selatan.
b. Sifat Penelitian
Sifat penelitian yang penulis lakukan adalah
penelitian atau riset deskriptif dan jenisnya adalah deskriptif kualitatif, yang penyelesaiannya
dilakukan dengan menggunakan tekhnik statistik. Melalui penelitian ini penulis
hanya akan melukiskan keadaan objek penelitian atau persoalan yang terjadi dan
mengambil kesimpulan yang berlaku hanya untuk seputar yang diteliti.
2.
Populasi
Suharsimi Arikunto menjelaskan bahwa populasi adalah “Keseluruhan objek penelitian,
apabila seseorang ingin meneliti semua elemen yang ada dalam wilayah penelitian
maka penelitiannya merupakan penelitian populasi”.[24]
Berdasarkan kutipan di atas, dapat diambil kesimpulan bahwa populasi
adalah sejumlah objek penelitian yang diteliti. Adapun populasi dalam
penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Daarul Ma’arif Natar Lampung
Selatan tahun pelajaran 2009/2010 yaitu sebanyak 35 siswa.
Kemudian mengenai sampel Suharsimi Arikunto menyatakan bahwa “Sampel
adalah sebagian atau wakil dari populasi yang diteliti”.[25]
Dari kutipan tersebut diatas, dapat disimpulkan bahwa sampel adalah wakil
dari populasi yang akan menjadi objek atau sasaran penelitian. Kemudian untuk
menentukan teknik pengambilan sampel dengan berpedoman pada pendapat Suharsimi
Arikunto yaitu sebagai berikut : “Untuk sekedar ancer-ancer maka apabila
subyeknya kurang dari 100, lebih baik diambil semua, sehingga penelitian
merupakan penelitian populasi dan jika subyeknya besar maka dapat diambil
10-15% atau 20-25% atau lebih”.[26]
Karena jumlah populasi yang ada dalam penelitian ini adalah lebih kecil
dari 100 orang yaitu 35 orang siswa, maka penulis tidak akan mengambil sampel
sebagai wakil dari populasi. Jadi
penelitian yang akan penulis laksanakan ini juga dapat dikatakan sebagai
penelitian populasi.
3. Metode Pengumpulan Data
Untuk memperoleh data yang valid dan obyektif dalam penelitian ini, maka
peneliti menggunakan metode-metode pengumpulan data. Metode-metode tersebut
adalah sebagai berikut:
a. Metode Kuesioner (angket)
Menurut Suharsimi Arikunto, kuesioner adalah “Sejumlah pertanyaan
tertulis yang digunakan untuk memperoleh informasi bagi responden dalam diri
tentang pribadinya atau hal-hal yang ia ketahui”.[27]
Sedangkan menurut Koentjaraningrat, yang dimaksud dengan Angket adalah: “Merupakan
suatu daftar pertanyaan yang berisikan rangkaian pertanyaan mengenai sesuatu
bidang, dengan demikian angket dimaksudkan sebagai daftar pertanyaan untuk
memperolah data berupa jawaban-jawaban atau orang yang menjawab”.[28] Dari
pendapat diatas dapat disimpulkan bahwa angket adalah sejumlah daftar
pertanyaan yang dibagikan kepada sejumlah responden yang dijadikan sampel dalam
penelitian.
Sedangkan dalam bentuk penyampaiannya kuesioner (angket) dapat dibedakan
menjadi dua yaitu angket langsung dan angket tidak langsung. Hal tersebut
sebagaimana yang diungkapkan oleh Sutrisno Hadi sebagai berikut : “Disebut
angket langsung jika daftar pertanyaan dikirim langsung kepada orang yang
diminati menceritakan tentang keadaan dirinya, sebaliknya jika daftar
pertanyaannya dikirim kepada seseorang yang dimintai untuk menceritakan keadaan
orang lain disebut angket tidak langsung”.[29]
Adapun metode angket yang penulis gunakan adalah angket langsung. Angket
ini akan penulis tujukan kepada siswa kelas VIII SMP Daarul Ma’arif Natar
Lampung Selatan untuk mengetahui tentang usaha guru Pendidikan Agama Islam
dalam membina akhlak siswa.
Adapun bentuk pertanyaan pertanyaan yang penulis pergunakan adalah bentuk
multiple choise yaitu pilihan ganda dengan alternatif jawaban yaitu untuk
jawaban a dengan bobot skor 3, untuk jawaban b dengan bobot skor 2, dan untuk
jawaban c dengan bobot skor 1.
b. Metode Observasi
Menurut Sutrisno Hadi Observasi adalah : “Metode
penelitian dengan jalan pengamatan dan pencatatan secara sistematika terhadap
fenomena-fenomena yang diselidiki”.[30]
Adapun jenis observasi menurut Sutrisno Hadi ada tiga jenis yaitu Observasi
partisipan / non partisipan, Observasi sistematik / non sistematik dan
Observasi eksperimental / non eksperimental.[31]
Dalam hal ini penulis menggunakan observasi non
partisipan, dimana penulis hanya mengadakan pengamatan dan pencatatan di lokasi
penelitian dengan tidak turut berpartisipasi dalam kegiatan obyek-obyek yang
diobservasi. Metode ini penulis gunakan untuk mengetahui gambaran secara umum
daerah penelitian, seperti tentang keadaan siswa, sarana dan prasarana yang
menunjang dalam proses belajar mengajar serta pelaksanaan pendidikan agama
Islam.
c. Metode Interview
Metode interview dapat disebut juga metode wawancara, menurut Sutrisno
Hadi, Interview adalah : “Pengumpulan data dengan jalan tanya jawab lisan,
dimana dua orang atau lebih saling berhadap-hadapan secara fisik, yang satu
dapat melihat muka yang lain dan mendengarkan dengan telinga sendiri suaranya”.[32]
Menurut S. Nasution interview adalah “Suatu bentuk komunikasi verbal,
jadi semacam percakapan yang bertujuan untuk memperoleh suatu informasi”.[33]
Bentuk interview adalah suatu cara untuk memperoleh jalan untuk
mengadakan percakapan atau tanya jawab dengan orang yang dapat memberikan
informasi yang diberikan. Pada penelitian ini bentuk interview yang penulis
gunakan adalah interview bebas terpimpin yaitu mengadakan tanya jawab secara
bebas berpedoman kepada pokok-pokok yang telah ditentukan terlebih dahulu.
Interview ini ditujukan kepada kepala sekolah dan guru pendidikan agama
Islam untuk mendapatkan data tentang sejarah berdirinya sekolah, keadaan guru
dan siswa, perhatian siswa terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam,
keadaan akhlak siswa, dan usaha-usaha guru pendidikan agama Islam dalam
membentuk akhlak siswa.
d. Metode Dokumentasi
Dokumentasi adalah suatu pengumpulan data dengan cara mempelajari dan
mencatat data yang telah didokumentasikan.[34]
Menurut Suharsimi Arikunto, dokumentasi adalah : “Mencari data mengenai
hal-hal atau variabel yang berupa catatan transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya”.[35]
Jadi metode dokumentasi adalah suatu cara untuk memperoleh data atau
keterangan melalui dokumen-dokumen yang mana data-data yang diperlukan itu
tidak mungkin bisa diperoleh melalui keterangan-keterangan masa lalu yang tidak
bisa ada orang yang mengetahuinya lagi pada waktu peristiwa itu terjadi.
Pelaksanaan metode ini adalah dengan mencatat data yang ada pada
statistik sekolah, legger, buku induk dan arsip yang ada di SMP Daarul Ma’arif
Natar Lampung Selatan.
e. Metode Analisi Data
Setelah penulis memperoleh data melalui metode pengumpulan data dari
objek penelitian maka langkah selanjutnya adalah penulis mengadakan analisa tentang
data yang diperoleh dari hasil angket siswa. Dari hasil jawaban angket dapat
diolah dengan beberapa cara, yaitu sebagai berikut : “a. Editing; b.
Klasifikasi; c. Tabulasi; d. Interpretasi”.[36]
Editing, maksudnya pengecekan terhadap data-data dan bahan-bahan yang
telah diberikan kepada siswa (responden) sesuai dengan alternatif yang diajukan
dalam kuesioner tersebut, guna untuk melihat apakah terdapat kekeliruan dalam
pengisian angket atau tidak.
Klasifikasi, maksudnya menggabungkan atau mengelompokkan hasil jawaban
yang telah diberikan sesuai dengan alternatif kuesioner, dimana jawabannya akan
dihitung dengan menggunakan rumus prosentase :
Keterangan :
P = Presentase
F = Frekwensi
(Jumlah Jawaban)
N = Jumlah
Sampel
Tabulasi, maksudnya memasukan data yang telah diklasifikasikan dan
dihitung prosentasenya ke dalam sebuah tabel sehingga dapat dilihat hasil
jawaban dari masing-masing item kuesioner.
Interpretasi, maksudnya memberikan penafsiran atau tanggapan terhadap
jawaban yang telah diberikan oleh siswa, terutama berdasarkan hasil prosentase
yang lebih besar.
Setelah data diolah sedemikian rupa, maka selanjutnya akan dianalisa
dengan menggunakan cara berfikir sintetik dan cara berfikir analitik. Cara
berfikir sintetik yaitu “Pemikiran yang berlandaskan pada
pengetahuan-pengetahuan yang khusus, fakta-fakta yang unik dan merangkaikan
fakta-fakta itu menjadi suatu pemecahan bersifat umum, kesimpulan yang ditarik
dari cara berfikir semacam ini disebut dengan cara berfikir Induktif”.[37]
Sedangkan cara berfikir analitik adalah cara berfikir yang berangkat dari
hal-hal yang bersifat umum, kemudian ditarik kesimpulan yang bersifat khusus.
Cara ini disebut dengan cara berfikir deduktif yaitu orang berangkat dari dasar-dasar pengetahuan yang umum dan meneliti
persoalan-persoalan dari segi dasar-dasar pengetahuan yang khusus.
Dari kedua cara tersebut di atas penulis dalam menganalisa menggunakan
cara berfikir analitik
sehingga menghasilkan kesimpulan yang objektif yang dapat dijadikan sebagai
fakta untuk membuktikan kebenaran hipotesis yang telah diajukan sebelumnya.
[1]
Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Indonesia, Kamus Besar Bahasa Indonesia,
Balai Pustaka, Jakarta,1990.
hlm. 997
[2] Mohammad Ali, Konsep dan Penerapan CBSA, Sarana Panca Karya, 1998. hlm 404
[3] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hlm. 28
[4] Zuhairini, Abdul Ghofur dan Slamet As
Yusuf, Metodik Khusus Pendidikan Agama
Islam, Usaha Nasional, Surabaya, 1983, hlm. 27
[5] Abdul Munir Mulkan, Paradigma Intelektual muslim : Pengantar Filsafat Pendidikan Islam dan
Dakwah, Press Yogyakarta, 1993, hlm. 233
[6] Badudu, JS., Pelik-Pelik Bahasa Indonesia, Pustaka Amani, Jakarta, 1986, hlm. 9
[7]
Moh. Amin, Pengantar Ilmu Akhlak,
Express Surabaya, 1987, hlm. 7
[8]
Redaksi Sinar Grafika, Undang-undang
Sisdiknas (Sistem Pendidikan Nasional) 2003 (UU RI No.20 TH 2003), Sinar Grafika, Jakarta, 2003, hlm.3
[9] A. Muri Yusuf, Pengantar Ilmu Pendidikan, Ghalia Indonesia, Jakarta, 1982, hlm. 24
[10] Abu Ahmadi, Metode khusus Pendidikan Agama, Armico, Bandung, 1985, hlm. 41
[11] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1992, hlm. 28
[12] M. Athiyah Al-abrasyi, Dasar-dasar Pokok Pendidikan Islam,
Bulan Bintang, Jakarta, 1970, hlm. 1-2
[13] Imam Jalaluddin Abdurrahman As-Suyuthi,
Jamius Shaghiir, darul Kitab, Al-Arabi, 1967, hlm. 103
[14] Zakiah Daradjat, Ilmu Pendidikan Islam, Bumi Aksara, Jakarta, 1988, hlm. 25
[15] Wawancara, Misti Rahayu, A.Ma, Guru Pendidikan
Agama Islam SMP Daarul Ma’arif, tanggal 28 Oktober 2009
[16] Nana Sudjana, Cara Belajar Siswa Aktif Dalam Proses Belajar Mengajar, Sinar Baru,
Bandung, 1989, hlm. 153
[17] M. Ngalim Purwanto, Ilmu Pendidikan Teoritis dan Praktis, Remaja Rosdakarya, Bandung,
1994, hlm. 177
[18] Ibid, hlm. 179
[19] Abdurrahman An-Nahlawi, Pendidikan Islam di Rumah, Sekolah dan
Masyarakat, Gema Insani Press, Jakarta, hlm. 260
[20] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian: Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 1997, 30
[21] Sumardi Suryabrata, Metode Penelitian, UGM, CV. Rajawali, Jakarta, 1983, hlm. 66
[22] Ibid, hlm. 75
[23] Sutrisno Hadi, Metodologi Research, UGM Press, Yogyakarta, 1985, hlm. 63
[24] Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta,
Jakarta, 1989, hlm. 102
[25] Ibid, hlm. 102
[26] Ibid, hlm. 107
[27] Suharsimi Arikunto, Op. Cit. hlm. 124
[28] Koentjaraningrat, Metode-metode Penelitian Masyarakat, Gramedia, Jakarta,1986, hlm.
73
[29] Sutrisno Hadi, Metodologi Research III, cet. Ke-9, Yayasan Penerbit Fakultas
Psikologi UGM, Yogyakarta, 1983, hlm. 63
[30] Ibid, hlm. 136
[31] Ibid, hlm. 141
[32] Ibid, hlm. 192
[33]
Nasution S, Metode Research, Bumi
Aksara, Jakarta,
2001, hlm. 113
[34]
Djumhur dan Muhammad Surya, Bimbingan dan
Penyuluhan di Sekolah, Bina Ilmu, Bandung,
1975, hlm. 64
[35]
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian
Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Jakarta, 1989, hlm. 167
[36]
Moersaleh dan Moesanif, Pedoman Pembuatan
Skripsi, Gunung Agung, Jakarta,
1987, hlm. 17-18
[37]
Sutrisno Hadi, Op. Cit, hlm. 63
Belum ada Komentar untuk "BAB I (USAHA GURU PAI DALAM MEMBINA AKHLAK SISWA KELAS VIII)"
Posting Komentar
Mohon tidak mengirimkan SPAM ke Blog ini !
Saling Berbagi Sobat